Semenjak struktur 3D (tiga dimensi) DNA dielusidasi pada tahun 50an oleh Watson dan Crick, ilmu Biokimia telah berkembang demikian pesat. Setelah elusidasi struktur DNA, Biokimia diperkaya dengan penemuan-penemuan lanjutan yang tidak kalah penting, seperti penemuan fungsi enzim restriksi, elusidasi struktur 3D protein, sekuensing DNA/RNA/Protein dan tentu saja penggunaan teknologi DNA rekombinan, yang membuka lebar berbagai kemungkinan pada riset rekayasa genetika. Babak baru dalam perkembangan ilmu biokimia terjadi pada pengumuman Human Genome Project (Proyek Genom Manusia/PGM). Proyek ini bertujuan untuk mensekuensing seluruh sekuens DNA (Genom) yang terdapat pada manusia. Setelah proyek sekuensing ini selesai, diharapkan kedepannya informasi dari Genom tersebut bisa digunakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan mendasar mengenai mekanisme ekspresi genetik, interaksi protein-protein, dan mekanisme penularan virus pada manusia. Aspek rekayasa dari proyek ini, tentu saja adalah untuk mendesain agen terapi untuk berbagai penyakit, baik penyakit menular atau tidak menular. Setelah proyek ini selesai pada tahun 2001, pada database genbank di situs NCBI (http://www.ncbi.nlm.nih.gov/) , terdapat berbagai data sekuens DNA/RNA/Protein, yang tersebar di berbagai entri. Namun, apakah makna dari semua data sekuens tersebut? Bagaimana mengkonversi data-data mati tersebut, menjadi informasi yang berguna demi kepentingan ilmu pengetahuan dan kemanusiaan? Mari kita simak.
Contohnya, peranan ikatan hidrogen, van der waals, kovalen, dan ionik, semuanya berperan penting dalam pembentukan struktur protein. Dalam mendesain obat modern, selain informasi sekuens, informasi mengenai ikatan kimia sangat penting. Interaksi protein-obat adalah tema riset yang sangat penting dalam kimia farmasetikal. Prinsipnya, pengetahuan mengenai struktur protein, akan memimpin kita pada pengetahuan mengenai fungsi protein. Jika fungsi protein diketahui, maka pertanyaan-pertanyaan mendasar mengenai mekanisme protein, mekanisme penularan virus, dan masalah biomedis lainnya, akan mulai mendasar. Namun untuk mengetahui struktur protein secara lengkap, wajib mengetahui ilmu kimia. Ilmu TI di masa sekarang, telah memungkinkan untuk mengkomputasi struktur protein secara lengkap, dan juga untuk mengkomputasi interaksi ikatan, dan juga interaksi protein dengan obat atau inhibitor. Hal ini sebenarnya juga telah dilakukan pada riset kimia teoritis, dimana untuk mengetahui energi minimum dari suatu konformasi senyawa, diperlukan tenaga komputasi yang sangat besar, terutama jika senyawa tersebut sangat kompleks. Bioinformatika dalam perspektif ini, bisa ditafsirkan sebagai upaya kimia teoritis untuk menyelesaikan masalah kedokteran/kesehatan/famasetikal.
0 komentar:
Posting Komentar